Tuesday, February 20, 2007

NUTRISI WSF PENOLONG PETANI DI MUSIM KEMARAU

Nutrisi WSF, Penolong Petani di Musim Kemarau

Siang itu wajah Umardani berseri-seri. Panennya menghasilkan gabah 4,1 kg per ubin (2,5 x 2,5 meter persegi). Ini di luar dugaannya karena hasil ubinan di daerahnya pada musim kemarau seperti saat ini rata-rata 3,5-3,6 kilogram.
Petani di Dusun Selogedang, Argodadi, Sedayu, Bantul, DI Yogyakarta, itu bisa mendapat hasil istimewa setelah menggunakan nutrisi organik Tritunggal Sejahtera. Nutrisi yang menggunakan teknologi water stimulated feed (WSF) itu mampu menghemat penggunaan air pada musim kemarau hingga 50 persen.
Tanaman padi yang menggunakan nutrisi WSF memang tampak lebih hijau dan tingginya seragam ketimbang padi yang tidak memakai WSF. "Di daerah kami ini kalau musim kemarau air tidak bisa diharapkan. Berdasar jadwal irigasi, setiap tiga blok persawahan memperoleh air setiap lima hari sekali. Tetapi, kenyataannya bisa 15 hari, bahkan 35 hari, baru memperoleh air. Itu pun tak merata," kata Umardani. "Saya kemudian dikenalkan dengan nutrisi WSF yang katanya bisa menolong tanaman di musim kemarau. Saya tertarik untuk mencobanya," kata Umardani lagi.
Ia kemudian menggunakan nutrisi WSF untuk memupuk tanaman padinya. Nutrisi ini ada dua jenis, padat dan cair. Keduanya dicampur dengan air dan disemprotkan ke akar tanaman. Penyemprotan dilakukan tiga kali: pada saat padi berumur tujuh hari, 21 hari, dan 35 hari.
Umardani mengamati tanaman padinya bisa tumbuh lebih cepat, daun lebih lebar, anakan padi banyak, bulir padi penuh di setiap tangkai, dan panen lebih cepat lima hari. Daun padi tetap hijau dan bulir padi berwarna kuning, yang menandakan padi sehat.
Dari sisi biaya produksi, penggunaan nutrisi WSF ini bisa mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Untuk sawah seluas 1.000 meter persegi, ia biasanya menggunakan pupuk urea 25 kg, TSP (10 kg), dan KCl (5 kg). Harga urea Rp 1.300 per kg, TSP Rp 1.800, dan KCl Rp 2.500. Total biaya yang dikeluarkan Rp 63.000 per 1.000 meter persegi.
Setelah menggunakan WSF, Umardani hanya menggunakan 18 kg urea. Untuk 1.000 meter persegi sawahnya itu pun ia hanya membutuhkan nutrisi WSF 1 kg (0,5 kg cair dan 0,5 kg padat) dengan harga Rp 30.000. Total biaya yang dikeluarkan Rp 53.400 atau hemat Rp 9.600.
Kalau tanpa WSF, Umardani hanya memperoleh hasil panen 5,6 kuintal gabah. Setelah memakai WSF, hasil panennya meningkat 96 kg, menjadi 6,56 kuintal. Saat digiling pun beras yang dihasilkan lebih banyak karena kulit padinya tipis. "Saya mengetahuinya setelah digiling. Biasanya saya memperoleh 65-66 kg beras per kuintal gabah kering. Setelah memakai WSF, saya bisa memperoleh 70 kg beras per kuintal gabah," ujarnya.
Nutrisi berteknologi WSF ini ditemukan Umar Hasan Saputra, lulusan Institut Pertanian Bogor. Nutrisi ini merupakan pupuk majemuk lengkap yang bisa digunakan untuk tanaman padi, palawija, hortikultura, dan hijauan makanan ternak. Nutrisi ini membantu tanaman memperoleh unsur hara makro primer (N, P, K), unsur hara makro sekunder (Mg, S, Ca), dan unsur makro elemen esensial (Fe, B, Bo, Mn, Zn, Cl).
Semoga manfaatnya bisa sepanjang masa. (ANG)
Sumber:

No comments: