Tuesday, February 20, 2007

PETANI SUKSES PAKAI NUTRISI SAPUTRA

Pupuk Buatan Umar Saputra Bikin Petani Sukses
Panen Tak Sampai 90 Hari, Hasilnya 3 Ton Lebih Banyak

Keunggulan pupuk yang dibikin dari Nutrisi Saputra (formula ciptaan ilmuwan Umar Hasan Saputra) sudah dibuktikan para petani di beberapa daerah. Antara lain, Karawang, Bantul, Serang, dan Gorontalo. Di Karawang, padi yang menggunakan pupuk ciptaan Saputra dipanen Kamis pekan lalu.
SAUNG di Dusun Kepuh 3, Desa Jatibaru , Kecamatan Jatisari, Karawang, Jawa Barat tampak asri. Ada dua kolam ikan yang mengitari pondok bambu di tengah sawah seluas 14 hektare itu. Di sebelah kolam, ada lumbung untuk menampung hasil panen padi.
"Silakan duduk, Nak. Maaf, tadi saya sedang membereskan perabot yang dipakai acara panenan," kata H Ismail Ma'i, sang pemilik balai-balai, kepada JPNN. Kamis (24/8) lalu, dia baru saja punya gawe, yakni kedatangan banyak tamu. Tak kurang dari 200 undangan hadir, menyaksikan panen perdana padi varietas Cigeulis. Untuk padi jenis ini, digunakan pupuk Techno temuan Umar Hasan Saputra. Di antara undangan acara pada panen perdana itu, ada Bupati Karawang Dadang S Muhtar dan pengusaha properti yang juga Bos Grup Ciputra Ir Ciputra.
''Awalnya, kami ragu dengan presentasi Pak Umar. Tapi, alhamdulillah sekarang terbukti dan kami sangat senang," kata H Ismail Ma'i saat ditanya bagaimana awalnya hingga petani Jatisari tertarik menggunakan pupuk ciptaan Saputra itu.
Ismail berhasil meyakinkan anggota kelompoknya untuk menyediakan lahan seluas lima hektar sebagai area percobaan pertama dengan menggunakan pupuk buatan Saputra. Hasilnya cukup fenomenal. Padi yang ditanam 31 Mei lalu dipanen kurang dari 90 hari. Setiap 1.000 m2 menghasilkan 8,68 kuintal gabah kering pungut. Itu berarti satu hektare menghasilkan 8,68 ton. "Kalau tidak pakai pupuk Techno, maksimal hanya lima ton," kata Ismail.
Selain itu, tanaman padinya menjadi lebih tahan hama penggerek (sundep). Malai (tangkai) padi juga lebih panjang dan bulirnya lebih banyak. "Lihat Nak, yang di sebelah sana itu, meranggas karena serangan hama. Itu yang tidak pakai pupuk Techno," ujarnya saat mengajak JPNN meninjau sisa sawah yang belum dipanen.
Ismail lantas mencabut dua batang tanaman padi yang letaknya hanya dipisahkan pematang. Yang dipegang di tangan kanannya padi dengan pupuk Techno, sedangkan satunya tidak. "Bandingkan akarnya. Yang kanan lebih panjang kan?" ujarnya. Karena akar lebih panjang itu, kata Ismail, penyerapan nutrisi dalam tanah lebih banyak.
Menurut bapak empat putra tersebut, ada beberapa petani yang masih kekeuh tidak mau terlibat dalam percobaan dengan pupuk Techno. "Tapi tidak banyak. Mungkin karena mereka masih kakauseun (trauma)," ujarnya.
Pria kelahiran 19 Maret 1946 itu menceritakan, sebelum uji coba dengan pupuk buatan Saputra, warga desanya sering menerima tawaran uji coba dari beberapa produsen pupuk. "Tapi, hasilnya mengecewakan. Sudah begitu, mereka tidak mau bertanggung jawab," katanya. Petani tidak bisa berbuat banyak karena pengusaha yang menawarkan pupuk itu berdomisili di Jakarta dan tidak mempunyai kantor cabang di Karawang.
"Tapi Pak Umar beda. Beliau datang kepada kami lebih dari lima kali. Selain itu, Pak Umar bersedia menerima konsultasi sewaktu-waktu," ujarnya. Selain itu, produsen pupuk buatan Saputra yang berbendera PT Techno Agritama sudah membuat kantor cabang di Desa Balonggandu, Jatisari.
Setelah tahu hasil panen Kamis lalu, petani yang lahannya tidak menggunakan nutrisi Saputra menyesal. "Kok kami kemarin tidak ikut ya," kata Ismail menirukan mereka.
Puas berkeliling, JPNN beristirahat di gubuk tengah sawah. Dari jauh, tampak seorang wanita paro baya tergopoh-gopoh. "Itu istri saya," kata Ismail.
Sampai di gubuk, wanita bernama Qomariyah itu mengeluarkan isi keranjangnya. "Silakan dicicipi Nak. Ini ubi rebus panenan pekarangan, dipupuk juga dengan Techno," ujarnya. Rasa ubi itu manis. "Sebelum dipupuk, rasanya tidak semanis ini. Juga tidak besar-besar karena hanya ditanam di pekarangan," ujar wanita ramah tersebut.
Budy Darmawan, areal manager PT Techno Agritama yang mendampingi di lokasi, menambahkan bahwa pupuk dengan formula Nutrisi Saputra itu tidak hanya cocok untuk padi, tapi juga berbagai jenis tanaman lain. "Jika digunakan untuk memupuk pohon buah, hasilnya juga baik. Manis dan lebih subur. Buahnya juga banyak," kata pria berputra satu tersebut.
Dijelaskan Budy, pupuk Techno adalah pupuk organik yang dibuat dengan teknologi WSF (water stimulating feed). WSF adalah teknologi yang mengomposisikan beberapa bahan alami seperti jagung, garam, dan mineral laut lain sehingga dapat menghasilkan precursor.
"Precursor (pemicu) adalah zat yang dapat mengakibatkan makhluk hidup mampu membentuk nutrisi esensialnya sendiri sampai masa umur makhluk hidup tersebut," kata alumnus Universitas Negeri Jember itu. Efeknya, tanaman mendapatkan cukup nutrisi untuk tumbuh maksimal.
Karena organik, Budy juga menjamin stok selalu tersedia. "Berapa pun yang diminta oleh petani, kami siap menyediakan," ujarnya. Menggunakan pupuk buatan Saputra ini juga jauh lebih murah daripada pupuk lain yang anorganik. Jika dipupuk tanpa komposisi Techno, per hektare membutuhkan biaya Rp 1.210.000. Kalau menggunakan komposisi pupuk bernutrisi Saputra itu -dengan rasio pupuk Techno 12 kg/ha plus pestisida satu kg/ha-, biayanya cukup Rp 430.000. "Per hektar hemat Rp 780.000," jelasnya.(*/RIDLWAN HABIB - Karawang)

Sumber: http://www.manado-news.com/mpo/08ags06/31/dpn08.html

No comments: